Sebagai
seorang calon guru penggerak yang telah mempelajari sepertiga modul yang diberikan mulai dari
Modul 1.1 tentang Pemikiran KHD, Modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru
Penggerak, Modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak, dan Modul 1.4 tentang Budaya
Positif saya semakin menyadari bahwa guru memiliki peran yang sangat penting
sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang berppihak pada murid yang mengutamakan
kepentingan murid untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu selamat dan Bahagia.
Oleh sebab itu semua warga sekolah berkolaborasi untuk menciptakan pendidikan
yang berpihak kepada anak dengan langkah awal adalah dengan menciptakan visi
yang jelas. Setelah itu prakarsa perubahan kita susun dengan menggunakan
langkah BAGJA yang berorientasi pada elemen Profil Pelajar Pancasila. Langkah
BAGJA pada prakarsa perubahan diharapkan mampu menciptakan budaya positif untuk
ekosistem pendidikan khusunya untuk murid-murid.
Adapun yang sudah saya lakukan adalah:
1. Membuat
keyakinan kelas pada awal pembelajaran. Ini sesuai dengan filosofi Ki Hajar
Dewantara tentang merdeka belajar dan sesuai dengan nilai Guru Penggerak yang
saya miliki adalah berpihak pada murid. Saya juga sudah berbagi ilmu dan
diskusi dengan rekan sejawat terkait keyakinan kelas beserta dengan nilai-nilai
kebajikan, harapan saya mereka juga bisa menerapkannya daam pembelajaran.
2. Menerapkan
disiplin positif, dengan menanamkan motivasi intrinsik bahwa mereka melakukan
disiplin positif bukan karena takut dihukum atau untuk mendapatkan penghargaan
dari orang lain tapi apa yang mereka kerjakan untuk menghargai dirinya sendiri
dan orang lain berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang telah mereka yakini.
3. Posisi
kontrol saya pada setiap masalah murid adalah manager, saya berusaha berbuat
sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan
perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya
sendiri. Hal ini sesuai dengan konsep pemikiran KHD bahwa salah satu
tugas guru adalah untuk memfasilitasi murid sesuai dengan kodrat alam dan
zamannya.
4. Bila
terjadi permasalahan murid yang berlanjut saya akan mengadakan segitiga
restitusi, yang terdiri dari 3 tahap yaitu menstabilkan identitas, supaya murid
mempunyai rasa percaya diri setelah melakukan kesalahan, validasi tindakan yang
salah, supaya murid dapat mengungkapkan tujuan tindakan yang sudah dilakukan
dan dapat mengambil solusi terbaik untuk memperbaiki kesalahannya, kemudian
tahap yang ketiga adalah menanyakan keyakinan kelas, supaya murid mengingat
kembali keyakinan kelas dan berjanji untuk selalu melaksanakan keyakinan kelas
tersebut. Hal ini sesuai dengan filosofi KHD tentang merdeka belajar, kemudian
sesuai dengan nilai Guru Penggerak berpihak pada murid, dan refleksi, serta
sesuai dengan peran Guru Penggerak sebagai Pemimpin pembelajaran, dan tentunya
mencapai visi Guru penggerak yaitu merdeka belajar.
C. Sejauh mana pemahaman Anda tentang
konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif,
teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru,
kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah
hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
1.
Disiplin positif merupakan unsur utama dalam
terwujudnya budaya positif yang kita cita-citakan di sekolah-sekolah kita.
Sebelum mempelajari Modul 1.4 saya beranggapan bahwa disiplin sangat erat
hubungannya dengan penerapan tata tertib, peraturan dan hukuman padahal itu
sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif akan terwujud dengan
menerapkan restitusi.
2.
Ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang
guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. yaitu : Penghukum, Pembuat
rasa bersalah, Teman, Pemantau, Manager. Menjadi seorang penghukum merupakan posisi
terendah dalam posisi kontrol karena berefek jangka panjang terhadap psikologis
murid, posisi control terbaik adalah manager. Melalui posisi manager kita dapat
mencari solusi terbaik dengan tahapan renstitusi
3.
Lima Kebutuhan Dasar Manusia
Ø
Kebutuhan Bertahan Hidup,
Ø
Cinta dan kasih sayang (Kebutuhan untuk
Diterima),
Ø
Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan),
Ø
Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan),
Ø
Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)
Dengan memahami konsep 5 kebutuhan
dasar, kita dapat mengarahkan murid untuk mencari cara positif untuk memenuhi
kebutuhan dasar mereka. Kita dapat membimbing murid menemukan solusi atas
permasalahannya sendiri karena ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan
yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal
itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka.
4.
Keyakinan Kelas
Siswa akan lebih tergerak dan
bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti
serangkaian peraturan melalui nilai-nilai kebajikan yang mereka yakini. Adapun
hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembentukan keyakinan kelas adalah
sebagai berikut :
Ø
Keyakinan kelas bersifat lebih 'abstrak'
daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
Ø
Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan
universal.
Ø
Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat
dalam bentuk positif.
Ø
Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak,
sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
Ø
Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat
diterapkan di lingkungan tersebut.
Ø
Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi
dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
Ø
Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari
waktu ke waktu.
5.
Segitiga Restitusi
Restitusi adalah proses
menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka , sehingga
bisa kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat. Sedangkan
segitiga restitusi adalah sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan
orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan
restitusi.
Langkah-langkah segitiga
restitusi adalah :
a)
Menstabilkan identitas (kita semua akan
melakukan hal yang terbaik yang bisa kita lakukan)
b)
Validasi tindakan yang salah (semua
perilaku memiliki alasan)
c)
Menanyakan keyakinan (kita semua memiliki
motivasi internal)
6.
Hal-hal yang menarik dan di luar dugaan saya
adalah bahwa adanya korelasi atau hubungan antara pemenuhan kebutuhan dasar
manusia dengan pembentukan disiplin positif melalui nilai-nilai kebajikan yang
diyakini (keyakinan kelas).
D.
Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya
positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
Cara mendidik murid yang saya
lakukan sebelum mengikuti CGP jauh dari kata sempurna, jika saya mengingatnya
kembali saya cenderung menempati posisi penghukum, pembuat rasa bersalah, dan
jarang menjadi teman. Posisi inilah yang saya lakukan setiap harinya dalam
mendidik. Tentunya setelah mempelajari modul ini saya berusaya menjadi pendidik
dengan menempati posisi kontrol terbaik yaitu manager
E.
Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan
konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun
sekolah Anda?
Awalnya murid-murid saya merasa
aneh dengan perubahan saya terutama dalam menyelesaikan masalah murid, tapi
setelah saya menerapkan budaya positif di sekolah saya yaitu dengan membuat
keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi, saya merasa murid lebih
antusias dan aktif dalam pembelajaran. Murid menjadi lebih percaya diri dan
disiplin dalam menjalankan nilai-nilai kebajikan yang telah mereka yakini tanpa
paksaan dan tentunya siswa menjadi lebih terbuka
F.
Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?
Saya merasa bahagia dan merasa
tertantang untuk selalu menerapkan budaya positif di sekolah saya dan
menularkannya ke komunitas praktisi yang ada di sekolah saya. Saya merasa lebih
bisa mengontrol diri dan yang pasti saya sebagai guru merasa lebih disayangi
oleh murid-murid saya daripada sebelumnya.
G.
Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal
apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?
Setelah menerapkan konsep-konsep
budaya positif dalam pembelajaran, hal yang sudah baik menurut saya adalah
sudah mulai munculnya motivasi intrinsic pada urid untuk melaksanaka budaya
positif sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang diyakininya.
Yang perlu diperbaiki adalah
bagaimana langkah guru dalam menanamkan nilai kepada murid bahwa mereka
melakukan disiplin positif untuk menghargai dirinya sendiri dan orang lain,
bukan untuk menghindari hukuman atau mendaptkan penghargaan.
H. Sebelum
mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi
kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan
Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan
bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?
Dulu saya sering memposisikan
diri sebagai penghukum, pemantau atau teman. Menurut saya saat itu bahwa dengan
memberikan hukuman saat murid melanggar kesepakatan adalah cara yang paling
efektif dalam menangani kasus indisipliner, harapan saya mereka tidak
mengulanginya kembali. Tapi ternyata terulang lagi dan lagi. Setelah
mempelajari modul 1.4 mulai sekarang dan ke depannya saya ingin menjadikan
peran saya sebagai seorang manager dalam menyelesaikan masalah murid. Sekarang
saya merasa lebih bisa mengontrol emosi dan bahagia karena bisa membimbing
siswa agar dapat menemukan solusi sendiri atas permasalahan mereka. Perbedaan
yang paling mencolok adalah dari segi pengelolaan emosi guru dan respon murid.
I. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda
menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika
iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?
Dalam mengatasi pemasalahan murid
kadang saya secara tidak sadar sudah menerapkang langkah segitiga restitusi,
terutama dalam menstabilkan identitas dan memvalidasi tindakan yang salah
tetapi saya belum menanyakan keyakinan agar murid dapat menanamkan nilai-nilai
kebajikan dalam dirinya sehingga ke depannya murid tidak akan mengulangi
kesalahannya kembali.
I. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam
modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam
proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Hal-hal lain yang penting untuk
dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas
maupun sekolah adalah bagaimana menciptakan kerjasama yang baik antara murid,
guru, rekan sejawat, pemangku kepentingan dan orang tua sehingga budaya positif
ini dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Artikel ini disadur dari artike Ika Rahma dengan beberapa penyesuaian
dengan pengalaman saya.